19 November 2010

SAKINAH BERSAMAMU


Judul: Sakinah Bersamamu – Belajar Bijak Berumah Tangga melalui Cerita.
Pengarang: Asma Nadia.
Penerbit: ANPH
Tebal Halaman: 344 hlm

Cinta mestinya bagai sepasang sayap yang
membawa kita terbang tinggi.

Cinta mestinya bagai udara yang
membuat kita selalu memiliki harapan.

Tapi cinta juga mestinya bagai lukisan
yang tak kunjung selesai, dengan begitu
kita tak pernah meninggalkannya.


Sebuah kumpulan cerpen karya Asma Nadia. Berisi 17 cerpen dan 17 pembahasan seputar ujian dalam berumah tangga. Isi cerpennya seputar urusan rumah tangga, dengan berbagai tema. Pembahasannya ringan, mudah dicerna dan dipahami. Selain cerpen dan pembahasan masing masing cerpen tersebut, ada juga puisi di awal sebuah cerpen. Terus terang aku suka beberapa puisi di buku ini, sederhana tapi indah. Seperti puisi yang aku kutip di atas. Atau yang berikut ini…

Anak-anak adalah buku cerita yang kita tulis sendiri.

Bagian pertamanya sungguh membuat takjub,
sedang bagian berikutnya sungguh mencengangkan.


Beberapa judul cerpen dalam buku ini di antaranya: Rahasia Mas Danu; Ngambek!; Ibu Pergi Sebulan; Arti Bunda; Lelaki yang Selalu Sendiri; Cerita Tiga Hari; Saat Memaknai Cinta, Sakinah Bersamamu dll. Tema yang beragam membuat buku ini tak membosankan saat dibaca, apalagi ada ulasannya yang terkadang jadi membuat kita membandingkannya diri sendiri. Tema rumah tangganya pun tak hanya seputar pengantin baru, temanya luas, mulai dari persoalan pengantin baru yang sering cemburuan, yang suka ngambek sampai tentang perkawinan yang telah bertahun tahun yang kurang greget, juga tentang lajang yang sukses, tentang perselingkuhan dan cara menyikapinya, dll.
Ada petikan yang aku suka dari cerpen berjudul “Ngambek!”

‘Malam itu indah belajar sesuatu: hal paling tidak enak ketika ngambek adalah… dicuekin!’
‘Ia pun mencatat dalam hati: hal kedua yang paling menyebalkan ketika ngambek adalah, ditinggal sendirian!’
‘Hal ketiga yang paling menyebalkan dan membuat aksi ngambek seperti percuma adalah… berhadapan dengan orang yang tidak sensi!’
‘Finally, hal terbaik dari ngambek adalah… baikan!’


Ini persoalan pasangan yang baru menikah sebenarnya, masih beradaptasi mencoba saling mengerti dan memahami sifat pasangan. Karena aku juga pernah mengalaminya, jadi bacanya juga cekikikan sendiri, meski ngambeknya nggak selucu dan seekstrim tokoh Indah di cerpen ini sih. Tenang Indah, kamu tidak sendiri, suamiku juga nggak sensi kok… hehehe…
Ada juga tentang pasangan yang telah menikah belasan tahun. Dalam cerpen berjudul ‘Mata yang Sederhana’ sang istri selalu tampil sederhana, mengurusi semua urusan anak, rumah dan suami dengan sempurna. Semua benar benar ditangani tanpa merepotkan suami. Meladeni semua keperluan suami, menjaga pikiran suami supaya tak terganggu dengan berbagai urusan rumah dan anak yang kadang rumit. Tapi suatu ketika suaminya mulai merasa semua itu terlalu monoton, ia tiba tiba ingin sesuatu yang gila, yang membuat hidupnya lebih ceria dan berwarna.
Cerpen ‘Cerita Tiga Hari’ juga menarik. Tentang bagaimana beratnya kehidupan suami di luar rumah, banyaknya godaan yang ada di luar rumah. Kehidupan dalam rumah yang indah, ceria dan nyaman lah yang bisa menjaga suami dari hal-hal yang tak diinginkan. Kisahnya tentang kehidupan seorang supir bajaj selama tiga hari. Seorang lelaki yang mempunyai keluarga yang indah, menyenangkan dan membuatnya bahagia. Tentang bagaimana dia menjalani hari hari dan menangkal berbagai godaan.
Dalam cerpen ‘Saat Memaknai Cinta’, bercerita tentang kesabaran seorang ibu yang mestinya tak berbatas saat merawat anaknya. Sebenarnya ceritanya bagus, cuma rasanya ada beberapa hal yang agak dipaksakan dalam cerpen ini, yaitu banyaknya nasehat tentang cara mendidik anak yang baik, yang ditampilkan dalam narasi atau dalam kalimat tokoh-tokohnya, kali ini jadi terasa menggurui, meski maksudnya memang baik sih. Misalnya dalam dialog antara Ibunya Anik dan Nia, adik Anik. “Kalau masih kecil gitu, Bu… kalau sampai merusak atau mecahin ini itu, kan salah kita yang orang dewasa. Siapa suruh kita menaruhnya dalam jangkauan anak?” atau kalimat lain lagi, “Dulu, teman Ibu malah ada yang lebih bagus lagi Nia. Sebelum dua tahun, anaknya hanya dikasih tahu, ditegur kalau dia salah. Merebut mainan kakaknya atau bersikap pelit. Tahu sendiri ‘kan anak-anak batita begitu?” Dan beberapa kalimat lain tentang cara mendidik anak.
Cerpen ‘Arti Bunda’ juga sarat makna, membuat aku membandingkannya dengan diri sendiri. Tentang seorang ibu rumah tangga yang ingin bekerja kembali setelah anak anaknya tumbuh besar. Aku pun sempat terpikir seperti itu, tapi ah… rasanya tetap nggak tega ninggalin anak-anak. Kalau memang bisa, lebih baik cari kerjaan yang bisa dilakukan di rumah. Alhamdulillah, aku bisa sembari menerjemahkan komik di rumah, jadi ilmu yang kudapat nggak akan hilang :)
Secara keseluruhan buku kumpulan cerpen ini bagus, menarik dan nggak membosankan saat membacanya. Sempat terpikir untuk memberi buku ini sebagai kado, tapi untuk siapa yaa… ^O^

Cinta yang kita punya
Tak ubahnya sepasang tangan menengadah.
Yang satu selalu menatap rindu kepada yang lain.

No comments: