27 November 2008

Ke Pantai







Minggu kemarin kita ke pantai. Kebetulan pas pulang ke Tegal, eyang Ditya mau pergi haji. Senang banget tuh Ditya main pasir kotor-kotoran, padahal di sekolah dia juga sering main pasir.
Udah sejak lama dia pengen ke pantai. Jadi dari rumah pun udah disiapkan macem-macem serok dan cetakan untuk main pasir di pantai. Begitu sampai di pantai langsung deh lepas baju dan celana, ganti celana yang jelek, biar nggak sayang kalau kotor.
Kurang lebih sejam dia main pasir, puas-puasin deh mainnya. Tapi seperti biasa, susah banget diajak pulang. Dengan berbagai negosiasi akhirnya berhasil juga ngajak Ditya pulang tanpa keributan :)

















Ulang Tahun

Berulangtahunlah di saat yang tepat,
Di saat orang-orang tersayang punya waktu untukmu,
Di saat orang-orang tersayang sempat mencari sesuatu yang istimewa untukmu.
Tapi sayang, kau tak punya kuasa untuk memilih waktu...
Kau akan mengulangnya di saat yang sama setiap tahun...
Keputusannya hanya pada orang-orang tersayang,
Apakah mereka mampu membuat waktu yang tepat untukmu...


21 November 2008

19 August 2008

Lelaki tanpa kenangan

Kau,
Lelaki tanpa kenangan.
Kau tinggalkan seluruh kenangan milikmu.
Kau berlari hingga terengah,
Ketika kenangan itu berusaha mengejarmu.
Lelaki tanpa kenangan
Kutemu kau di suatu persimpangan
Suatu senja…
Lalu,
Hingga kini kau masih terus berlari,
Tanpa kenangan,
Pun kenangan itu tak lagi mengejarmu.
Kini entah apa yang kau miliki.
Entah apa yang kau harap kau miliki.
Lelaki tanpa kenangan,
Di suatu ujung senja
Di suatu persimpangan
Kau hanya mampu berdiri diam,
Terpaku, dalam diam dalam sepi.
Lelaki tanpa kenangan,
Kurasa kau berharap,
Tak ada kenangan lagi dalam dirimu
Kenangan masa lalu
Atau kenangan yang akan mendatangimu di masa datang.
Karena itu kau hanya diam,
Dan diam.


29 Januari 2008, 17. 13

15 August 2008

Ia pernah pergi ke laut

Ia pernah pergi ke laut
Menyerahkan seluruh hatinya pada pasir, pada pantai, pada ombak yang bergulung-gulung
Jejak kaki dan tapak tangannya pun ia persembahkan pada laut
Tapi sekarang ia tak percaya lagi pada laut
Karena laut tak lagi biru
Karena laut tak lagi menjaga hatinya
Karena laut selalu saja terpesona pada berjuta hati yang mengaguminya
Sekarang ia hanya percaya pada hatinya sendiri
Ia jatuh cinta pada hatinya sendiri
Yang entah berbentuk seperti apa


August 11th 2006, 02.33am

Sup Jagung.

Ujan-ujan gini rasanya enak makan sup jagung ya...
Ada resepnya nih... udah dipraktekan dan ternyata emang enak koks... sedap...

Bahan :500 gram ayam, rebus, ambil 1 liter kaldunya 2 sendok makan margarin, untuk menumis 2 sendok makan tepung terigu 100 gram jagung manis, pipil 50 gram kacang polong 150 gram wortel, potong kotak garam, merica, dan pala bubuk secukupnya
Bumbu Cincang : 1/2 buah bawang bombay 2 siung bawang putih 3 iris jahe
Cara Membuat :Tumis bumbu cincang sampai harum kemudian masukkan tepung terigu. Aduk sampai menggumpal. Tambahkan kaldu sedikit demi sedikit sambil terus diaduk jadi adonan yang licin. Tambahkan jagung manis, kacang polong, wortel, garam, merica, dan pala bubuk. Aduk rata. Setelah mendidih, masukkan telur yang telah dikocok sedikit sedikit hingga menyerupai benang-benang halus. Masak sampai mendidih kembali lalu angkat.

Good News

Kyaa... ternyata... Setelah telat datang bulan 4 hari, karena penasaran langsung deh beli test pack. Itu pun muter-muter nyari yang pakai sistem HCG, dulu sering pakai keluaran abott. tapi entah kenapa, kemarin itu udah cari di banyak apotik dekat rumah, nggak ada juga. Jadilah pake test pack merk lain. eeeh... ternyata PoSITIF. Siap-siap ya nak Ditya, kamu mau punya adik lagi... ehm...

Mohon doanya semoga lancar, nggak ada masalah dan nggak mabuk... (amin...)

10 August 2008

Pada Sebuah Bangku

Pernah aku duduk berdua denganmu di bangku itu,
Hanya berdua saja.
Kau diam
Aku diam.
Tak terurai kata yang terpendam di dasar hati.
Diam
Hanya diam.
Merangkai detik demi detik,
Menit demi menit.
Daun-daun jatuh,
Angin berhembus perlahan.
Kita tetap saja diam.
Kini,
Beribu jarak berlalu.
Aku kembali duduk di bangku itu
Sendiri.
Dalam diam
Dalam sunyi
Sendiri.

July 28th 2008, 17.04
(For my very best friend ; gambatte ne, anata nara zettai dekiru to omou yo!)

Tentang makanan Ditya.


Ditya itu susah banget makan. Tergantung mood or lauknya cocok nggak. Dari kecil emang gitu, susah minta ampun! Tapi dia favorit banget dengan segala macem buah-buahan, buah apapun itu akan dilahapnya tanpa kenal kenyang. Bahkan wortel mentah dan timunpun dia hobi banget.
Akhir-akhir ini Ditya suka banget ikan, semua jenis ikan. Ini karena di Semut-semut, sekolahnya, pernah ada pelajaran menangkap ikan, lalu digoreng dan dimasak rame-rame. Ajaib banget, sejak itu dia selalu minta dimasakin ikan. Syukur alhamdulillah, emang sekolah memberi pengaruh yang positif. Tapi untuk daging, ayam atau telor, susahnya minta ampun. Kecuali ceker ayam, dari kecil ini favorit Ditya. Gampang masaknya dan murah. Kadang dibuat sop, disemur, atau bahkan kalau lagi nggak sempet masak cuma direbus aja dikasih garam dan gula. Oiya, Ditya juga lagi suka makan udang, tapi mesti digoreng tepung yang kriuk kriuk banget, kalau nggak, dia nggak akan mau. Cukup ribet juga sama anak pemilih macam dia. Makanya beratnya nggak nambah signifikan, tetep mungil aja.
Selain buah, Ditya juga suka yoghurt. Yoghurt rasa apapun, kecuali yang plain ya. Kadang aku buatin irisan buah diatasnya ditabur yoghurt sebagai sausnya. Hem, langsung lahap deh. Jus buah juga suka banget. Selain jus buah, Ditya juga suka jus tomat dan jus wortel. Ayahnya sampai terheran-heran. Hehe...tiada hari tanpa minum jus!
Ditya nggak terlalu suka nasi. Dia bisa aja berhari-hari nggak makan nasi. Hebatnya perutnya bisa tahan. Kalau lagi nggak mau nasi, biasanya aku buatin spagheti (ini juga favorit Ditya, spageti dengan taburan keju dan daging tumis tanpa saus, pakainya mayones or saus tomat), atau fusilli atau mi goreng or rebus. Kalau bingung akhirnya makan roti dengan selai yang berganti-ganti, atau sereal. Bagi Ditya sereal bukan hanya untuk sarapan, bisa aja makan malam Ditya minta sereal. Ajaib kan. Selain itu Ditya juga hobi makan biskuit marie yang dicelup ke susu, lumayan bisa abis banyak. Yang jelas buah harus selalu tersedia tiap hari, kalau nggak ada rasanya ada yang kurang bagi dia.
Sosis atau bakso, Ditya kurang suka. Dia suka sosis yang digoreng dengan dibalut mie, tapi ini juga kalau udah nggak kriuk kriuk, dia nggak akan mau. Untuk kue, Ditya nggak suka chiki-chikian (alhamdulillah, jadi nggak repot ngelarang), kadang kalau pringles yang original dia mau juga, tapi dikit. Biskuit or wafer dia suka, tapi nggak berlebihan juga. Nggak ada makanan yang dimakan berlebihan oleh dia (selain buah-buahan), sepertinya semuanya ada porsi sendiri di perutnya.
Untuk sayuran, Ditya cuma suka sayur sop. Kalau dibuatin sayur bayem or yang lain, dia cuma mau sedikit. Jadi untuk mengakali sayur mayur, aku menggorengnya dibalut tepung, jadi kriuk kriuk deh. Bayem, terong, kembang kol sering aku goreng tepung. Langsung deh dia mau. Memang mesti rajin cari ide untuk makanan Ditya. Makanan yang mengandung kecap juga Ditya kurang suka, dia lebih suka saus tomat atau mayones. Yah, begitulah, selera anak-anak memang kadang sering beda. Oh iya, dia suka banget salad, salad apapun. Jadi di rumah pun sering bikin salad. Bahkan kalau ke kondangan atau pas breakfast kalo nginep di hotel, yang dicarinya selalu salad. Salad menduduki peringkat kedua setelah Yoghurt. Hem, agak aneh sih seleranya. Yang penting sehat deh :) (ssst, foto di atas juga dia lagi makan salad)

01 August 2008

pohon rindang di depan rumahmu


Masih adakah pohon rindang di depan rumahmu
Tempat kau biasa menunggu bus
Tempat kita berdua biasa bertemu
Mungkin sudah kau tebang pohon itu
Dunia memang tak lagi hijau
Itu sebabnya
aku tak pernah menemuimu
karena aku tak tahu lagi dimana rumahmu



2006 August 10th

PULANG JAM SETENGAH ENAM?


Yuppy, benar dan tepat! Ayah Ditya baru pulang kantor jam setengah 6 sampai rumah. Dari mana? Dari kantor tentu saja. Udah nggak heran lagi sih, suamiku itu emang sering ngantor pulang larut. Tapi kalau pulang subuh itu jarang-jarang banget, masih bisa diitung dengan jari. Paling cepet pulang jam 9 malem dari kantor, atau paling malem jam 2 or 3 dini hari. Kadang hebat juga bisa sampai rumah jam 6 sore (kalau habis ada meeting trus kecapekan, or ada workshop something yang seharian), atau sampai rumah jam 8 (kalau naik kereta ekspres jam 7), tapi yang hebat itu jarang-jarang banget, bisa diitung juga dengan jari dalam sebulan. Sebenernya sebanding juga dengan waktu berangkat dia, jam setengah 8 dari rumah or setengah 9, kalau abis pulang jam 3 an, ya dari rumah jam setengah 10 (berhubung naik kereta, jadi brangkatnya dipasin dengan jadwal kereta ekspres).
Nah, masalahnya adalah Ayah Ditya itu pulang subuh kali ini di saat yang nggak tepat! Nggak tepat banget, karena hari ini jadwalnya Ditya sekolah. Kalau Ditya sekolah, otomatis terjadi keributan di pagi hari untuk membangunkan dan merayu-rayu Ditya mandi. Anakku tersayang itu memang susah bangun dan susah mandi. Hwaaaaaaaaaaaaa, betapa sebuah kombinasi yang sangat buruk. Tapi untungnya Ditya itu nggak susah sekolah, selalu semangat. Tapi karena malas mandinya itu, tiap dia mau berangkat sekolah pasti hebohnya udah dari jam setengah 7 (padahal masuk sekolahnya jam 9!). Persiapan dan waktu hebohnya sama lamanya dengan waktu sekolah dia yang juga 2 jam, hahaha... Malah dia sering bilang “langsung sekolah aja mama, nggak usah mandi, ganti baju aja”, duuuuuh, memalukan ya... Jadi tadi pagi, si Ayah yang baru tidur jam 6, jadi ikut keberisikan saat aku membangunkan Ditya jam 7 (kali ini aku mundurin sedikit, kasian Ayahnya). Sampai jam setengah 8 Ditya baru turun dari tempat tidur, itu pun cuma pindah tempat ke sofa di depan tivi. Oalah, sedihnya aku kalau harus membangunkan Ditya, repot abis! Perjuangan belum selesai, abis itu mesti merayu matanya untuk melek beneran dan merayunya untuk mandi. Nah saat-saat ini akan lebih heboh dari saat-saat membangunkan dari tidur, bisa ribut dan penuh teriakannya yang nggak mau mandi, atau heboh juga dengan suara lagu Tasya yang aku putar, atau kadang TV aku keraskan volumenya, belum lagi omelanku menyuruhnya mandi. Jadi, tentu saja yang terbangun dan melek lebar adalah si Ayah. Wadoh, kasian amat yak, baru tidur satu setengah jam udah mesti bangun (resiko jadi ayah ya).
Untungnya kali ini Ditya lebih mudah dibujuk untuk mandi, jadilah aku langsung memandikannya dan Ayah Ditya kembali tertidur pulas. Setelah semua beres dan aku pun selesai mandi, aku ajak Ditya berangkat. “Naik ojek aja ya nak, kasian ayah, masi ngantuk”, ternyata Ditya nggak mau naik ojek, dengan suara cemprengnya, dia membangunkan ayahnya yang langsung lompat dan ganti baju sekedarnya. “Yuk, berangkat!” meski dengan mata yang masih sedikit merem. Berhubung aku nggak pinter nyetir beginilah jadinya. Kasian si Ayah, sepanjang jalan dia menguap terus deh. Untuk Ayah Ditya tersayang, lain kali kalau mau pulang subuh dari kantor, liat-liat dulu jadwal sekolah Ditya ya, jadi nggak mesti ikut bangun pagi-pagi deh... Ehem...

28 July 2008

Bulan Bintang Matahari

Bulan hanya diam saja ketika kau berkeluh kesah tentang cinta
Matahari hanya memandangimu ketika kau berkeluh kesah tentang kehidupan
Apa yang kau katakan pada bintang?
Apa kau berkeluh kesah juga padanya?
Tentang mimpi yang tak juga jadi kenyataan
Tentang dunia yang tak lagi kau anggap indah
Atau mungkin kau tak mengatakan apapun pada bintang
Karena kerlap kerlipnya menggembirakan satu sudut hatimu


August 11th 2006, 02.47 am

Bingkai wajahmu

Bingkai wajahmu tetap sama,
Selalu menggetarkan hati
Saat bertemu denganmu.
Tentang aku,
Di sudut hatimu
Apakah akan selalu tetap sama,
Selamanya...
Aku tak tahu itu...


9 Juli 2008, 17.32

MATAHARI PERTAMA


Raditya Alif, matahari pertama keluarga kecilku... Jam 6 pagi tanggal 18 Januari 2005, dia terlahir... Bertumbuh besar seiring waktu, seiring musim, dan seiring irama bumi...


Dari bayi yang tak mampu berbuat apapun, hingga mampu meramaikan rumah dengan teriakannya, dengan kehebohannya yang membuat rumah berantakan, hingga hari ini dengan berbagai pertanyaan dan pernyataan yang ajaib dan menakjubkan, Ditya tetap selalu membuat heboh rumah kecilku. Oiya, kami menyebutnya sebagai magic words.


Misalnya hari ini, tiba-tiba saja dia mengambil busa putih bekas pengganjal barang elektronik di kamar gudang, lalu dilepasnya sedikit-sedikit dengan tangannya, dan dia bilang “mama, turun salju nih...” lucu juga idenya, padahal lihat salju saja belum pernah. Lalu dia bertanya “mama, binatang itu punya HP nggak?” wah...memang mesti pandai-pandai menjawab pertanyaan anak-anak. Rasanya mulai sekarang aku akan membuat daftar pertanyaan dan pernyataannya yang membuatku merasa takjub itu. Setiap hari ada saja yang ditanyakannya. Terkadang aku mesti memutar otak untuk menjawabnya, mengingat pelajaran waktu SD misalnya, atau mengingat apa jawaban orang tuaku waktu aku kecil kalau aku bertanya seperti itu.


Suatu ketika dia bertanya “Mama, kenapa matahari itu tenggelam?” waaaaa, tidak! Itu kan pertanyaan ilmiah, masa sih aku harus menjelaskan tentang bumi dan matahari pada anak umur 3,5 tahun. Akhirnya kujelaskan juga secara ilmiah tapi lebih sederhana. Saat kutanya balik setelah kujelaskan, “kamu ngerti nggak?”, dia cuma senyum-senyum “nggak!” katanya. Ya, wajarlah.


Pernah suatu hari saat Ditya ikut ayahnya potong rambut (dia suka ikut ayahnya potong rambut karena dapat teh botol katanya, sederhana banget ya), tiba-tiba dia tanya ke ayahnya “ayah, bahasa inggrisnya sudah itu apa?” Wadhoh, kok tiba-tiba yang muncul pertanyaan yang nggak ada hubungannya dengan potong rambut. Jadi hebohlah kita bertiga membahasnya setelah mereka berdua sampai di rumah. Setelah itu dia tanya lagi “Kalo wangi-wangi bahasa Inggrisnya apa ya?” Hem... parfum kali ya...


Yah, memang begitulah, nggak semua hal bisa dijawab dengan jelas dan sempurna oleh kita sebagai orang tuanya, terkadang juga aku mesti menjawabnya dengan mencoba mengikuti caranya berpikir, dengan cara yang lebih sederhana.
Oiya, ada pertanyaan yang sering dibingungkan oleh para orang tua pernah dicetuskan juga oleh Ditya “Ma, gimana caranya adek bayi bisa masuk perut mama ya?” O’o ini dia pertanyaannya. Kalo nggak salah waktu itu aku jawab dengan sederhana, dan dia merasa cukup puas. “Ya, masuk ke perut mama terus jadi besar di perut mama deh, kamu dulu juga gitu”. Trus dijawabnya lagi “tapi kan mama makan, nanti adek bayinya kena makanan dong?” Hem, rasanya perlu menjelaskan bagian tubuh nih, jadilah waktu itu kujelaskan kalau adek bayi ada tempatnya sendiri, beda dengan tempat makanan masuk ke dalam perut. Manggut- manggut dengan senyum deh dia.


Pernah dia kepikiran dengan opanya, berkali-kali dia menanyakan ini “Mama, kalau opa udah tua sekali, yang nyetir mobil opa siapa dong?”. Meski sudah aku jawab, walaupun sudah tua, opa tetap bisa nyetir, tapi tampaknya dia masih belum puas. Beberapa hari telah berlalu dari saat pertama kali dia menanyakannya, tapi masih dipikirkannya. Hingga suatu hari dia memintaku untuk menelepon opanya, karena dia ingin menanyakan secara langsung. Akhirnya dia bertanya langsung, dan merasa puas dengan jawaban opanya, yang ternyata sama persis dengan jawabanku. Hahaha, mungkin memang harus mendengar langsung dari opanya.
Itulah hari-hari Ditya, sekarang banyak dilalui dengan berbagai magic words, melihat apapun pasti akan muncul pertanyaan di benaknya yang akan segera diucapkan. Sebagai orang tua, kita memang mesti banyak-banyak belajar dari berbagai hal.

24 July 2008

Aku jatuh cinta pada anakku

Aku jatuh cinta pada anakku
Yang setiap hari memberi warna dalam hidup
Yang setiap hari memberi senyum tanpa dosa
Yang setiap hari mendebarkan hati
Yang setiap hari memberi semangat tak tertandingi
Aku jatuh cinta pada anakku
Ketika dia bangun pagi dengan senyumnya
Ketika dia terjatuh saat berlari
Ketika dia menangis tak jelas inginnya
Ketika dia berteriak ‘mama’
Yang aku tahu
Aku telah jatuh cinta pada anakku




To : raditya tersayang


August 12th 2006, 00. 37 am

ASISTEN BARU

Waaah, seneng banget nih! Mulai senin kemarin, dapet asisten rumah tangga baru. Nggak nginep sih, nggak tiap hari datang juga, cuma seminggu 3 kali bantu2 nyuci nyetrika, plus kadang ngepel dan lap-lap kaca rumah. Cuma itu. Tapi rasanya waktu yang bisa aku manfaatkan jadi tambah banyak.
Yang kena imbas kelebihan waktu ini tentu aja Ditya, waktu bermain dan belajar sama dia jadi tambah banyak. Biasanya siang hari aku direpotkan dengan nyuci baju, beres-beres, trus masak...sekarang berkurang nyuci baju, jadi bisa main-main or baca-baca berdua bukunya yang setumpuk itu.
Oiya, jadi punya waktu baca majalah yang biasanya cuma ditumpuk doang nggak sempet kebaca, trus jadi bisa nonton dvd yang selama ini cuma aku beli aja tapi nggak ketonton, trus jadi bisa baca buku yang selama ini rajin dibeli kalo lagi ada diskon buku tapi nggak kebaca juga...hehe... ME time jadi lebih banyak juga.
Padahal cuma dibantuin seminggu 3 kali, itupun cuma 3 jam-an si mbak di rumah ini, tapi efeknya positifnya jadi kemana-mana...hoho...
Selama ini sih udah kepikiran nyari asisten rumah tangga, udah tanya sana-sini juga, tapi belum dapet-dapet. Memang sih pengennya bukan asisten yang nginep, soalnya udah trauma, dulu pernah ada tapi malah bikin stress dengan berbagai kelakuannya yang nggak bener. Jadi mending yang nggak nginep aja. Untungnya tetangga depan rumah baik hati, mau membagi asisten hariannya itu.
Oke deh, mau baca buku dulu deh, mumpung Ditya bobo (ketiduran di sofa pula, bukannya di kamar...hueh...:)

10 July 2008

Aku mencintaimu dengan sepenuh hati

Aku mencintaimu dengan sepenuh hati
Dengan kecerewetan yang kau rasakan setiap hari
Dengan SMS yang mengganggumu sewaktu waktu
Dengan melahirkan benih cinta yang kucintai dengan segenap jiwa ragaku
Mungkin kadang kau tak mengerti aku
Karena kadang aku pun tak mengerti kau
Tapi tak mengapa
Aku tetap mencintaimu dengan sepenuh hati
Seperti ilalang yang tumbuh subur
Atau seperti rumput liar yang tumbuh di setiap sudut jiwa
Bersama embun yang menyejukkan
Atau matahari yang terkadang panas.

30 Juli 2006, 1.55 am

(sebuah sajak cinta untuk suami terkasih)

09 July 2008

JALAN-JALAN KE BANDUNG

Libur tlah tiba!! Waaa, baru kali ini merasakan euphoria liburan. Tahun ini Raditya udah sekolah, jadi ada perasaan tersendiri saat libur sekolah tiba. Meskipun dia masih Playgroup, tapi rasanya beda dengan liburan sekolah sebelum Raditya sekolah. Sebenarnya liburan kali ini kurang direncanakan. Hanya sempat kepikiran selintas aja, tapi kurang dipikirkan dengan matang. Tapi karena kebetulan tanggal 28 Juni kemarin Ayah Ditya ada kerjaan di Bandung, jadilah diputuskan kita berlibur ke Bandung.
Yang pertama harus dilakukan adalah mencari hotel. Tentu aja nggak mungkin kan kita berangkat pagi pulang sore, nggak akan puas meskipun udah bolak-balik ke Bandung J. Dari seminggu sebelumnya kita udah mulai cari hotel lewat travel agent langganan. Tapi hotel yang kita minta yang sesuai budget kita udah pada penuh. Jadilah kita menaikkan budget hotel. Tapi tetap saja nggak dapet. Wah, tampaknya semua orang Jakarta berlibur ke Bandung, udah terbayang deh kemacetan dimana-mana. Tadinya kita berpikiran untuk menginap di dalam kota, baru besoknya naik ke Lembang. Berhubung nggak dapet-dapet hotelnya, akhirnya kita ganti rencana, carii hotel yang di lembang. Akhirnya dapet juga, Bilique Hotel, itu pun nggak bisa lagii lewat travel agent, pesan langsung lewat telepon. Entah seperti apa hotelnya, kata teman sih lumayan. Aku pikir sih mungkin lumayan, orang harganya 530 ribu. Kalau musim biasa 600-an ribu juga udah dapat novotel.
Setelah hotel dapet, barulah kita browsing dan tanya sana-sini tentang tempat-tempat liburan untuk anak di Lembang. Ada Rumah Strobery, ada Rumah Sosis, ada De Ranch, lebih ke atas masih ada yang lain lagi. Tapi kita putuskan Rumah Sosis (yang kabarnya sosisnya enak) dan De Ranch (yang kabarnya hawanya sejuk), karena ada tempat bermain anaknya. Diputuskan hari sabtu kita akan langsung ke FJB (Festival Jajanan Bangau) yang kebetulan tanggal 28 Juni ada di Bandung (kebetulan juga kerjaan Ayah Ditya berhubungan dengan FJB…hehe…), lalu jalan ke Outlet di tengah kota, dan langsung naik ke atas, hari Minggu kita akan ke Rumah Sosis dan lanjut ke De Ranch.
Niatnya sih berangkat pagi-pagi jam setengah enaman, biar nggak kena macet… Tapi apa daya, ternyata kita bertiga bangun kesiangan. Tara… jam setengah tujuh kita baru pada bangun dengan terkaget-kaget. Waaaa, setelah beres-beres rumah dan sebagainya, akhirnya kita berangkat jam 8 dari rumah, mampir sarapan dulu, akhirnya jam setengah sembilan kita baru keluar dari Depok.
Jalanan lumayan olancar, sedikit macet di lenteng, sedikit macet di tol dalam kota, tapi ternyata di tol Cipularang macet panjang banget, pasti ada apa-apa nih. Dan benar, ternyata ada mobil terbakar!! Wuih, serem banget, kayak di film-film. Baru kali ini lihat dengan mata kepala sendiri, mobil yang sampai angus gosong song berasap-asap… hiii…ngeri… entah ada korban atau nggak, saat itu udah nggak ada penumpangnya. Setelah kebakaran mobil itu jalanan lumayan lancar.
Keluar tol pasteur, mulai macet lagi, memang mesti sabar kalau mau ke Bandung, hal yang tak terelakkan adalah macet. Eh, lagi macet-macetnya tiba-tiba ada sirine polisi meraung-raung dari sisi kanan jalan, tapi mengarah masuk ke Bandung. Mobil polisi di depan diikuti 2 Nissan Teana beriringan dengan plat D dan N kalau nggak salah. Wah, siapa lagi nih pakai jalur berlawanan untuk masuk ke Bandung sementara kita bermacet-macet ria. Seperti biasa Ayah Ditya udah marah-marah dan ngomel-ngomel sama orang-orang kayak gitu. Kalau kepentingannya jelas sih nggak masalah, tapi kalau ternyata untuk berlibur juga, nggak termaafkan deh. “Yang catet nomer platnya, cepetan catet! Ntar bisa dicari siapa itu” katanya dengan penuh emosi. Aku sih udah biasa dengan dia yang begitu jadi santai aja, ya…dicatet nih…
Akhirnya sampai juga kita di arena FJB, setelah penat di jalanan sekitar 3 jam lebih. Masalah berikutnya adalah cari tempat parkir, wah udah penuh di sana-sini, muter-muter bermenit-menit akhirnya dapat juga. Turun dari mobil setelah menyeberang jalan ke lapangan Gazebo, O’O… apakah itu, ternyata mobil Nissan Teana dengan plat yang sama ada di sana. Wah, pasti orang penting, walikotakah, gubernurkah… masih belum tahu… Begitu masuk arena FJB, ternyata dia adalah Dede Yusuf, bapak wagub Jabar yang baru mau membuka acara FJB… Hehe… Ayah Ditya cuma ketawa-ketawa aja, nggak jadi marahlah, orang ambil jalur kanan demi acara dia juga.
Di FJB, kenyang banget, penginnya semua dicobain, tapi males kalo ngantrinya panjang. Akhirnya kita makan lontong kari kebon karet, tengkleng, es duren sakinah, tahu apaan nggak tahu namanya, terus colenak terus apalagi yah, pokoknya kenyang banget deh. Oh iya, agak siangan turun hujan, wah, pawang hujannya kemana nih, acara begini kok bisa-bisanya turun hujan…kurang kuat kali ya… Tapi menyenangkan ada festival macam ini, di Indonesia kan jarang ada festival seperti ini. Jadi inget pas di Jepang, banyak diadain festival dengan tenda-tenda penjual makanan yang menyenangkan. Lebih senangnya lagi, di dalam ada arena bermain balon besar yang tinggi itu, naik terus merosot deh. Ditya seneng banget lihat itu, padahal belum pernah nyoba sih, rasanya ketinggian deh untuk anak 3 tahun. Tapi berhubung dia merengek-rengek, ya udahlah buat latihan motorik kasar juga…hehe… Karena khawatir jadi gantian jagain, aku di depan ayah Ditya jaga di belakang, atau kalau aku ke bagian belakang, ayah Ditya langsung ke depan. Meskipun awalnya kesulitan, lama-lama bisa juga tuh Ditya J
Keluar dari FJB kita langsung ke outlet Herritage di jalan Riau, parkiran susah banget, sampe muter bolak-balik, akhirnya dapet parkir juga tapi di outlet sebrangnya. Di Herritage yang langsung dituju adalah pakaian anak-anak, dasar ibu-ibu…hehe… Berhubung baru dapet buat Ditya, aku dan Ayah Ditya nggak menemukan sesuatu yang cocok, jadi kami kurang puas. Akhirnya kami nyebrang ke Cascade, sekalian sholat juga karena musholanya ada di sini (musholanya kecil banget dan campur cowok cewek, kurang nyaman sih, tapi lumayanlah). Ternyata di Cascade ada arena playground tanpa harus ditunggui, letaknya di atas, lantai berapa lupa. Jadi karena Ditya udah mulai bete, aku titipin dia di sana, setengah jam aja (10 ribu per 30 menit). Lumayanlah, aku bisa cari baju, Ayah Ditya juga langsung lari cari kaos Polo (dia lagi mulai suka kaos Polo, hihi…). Pas setengah jam aku udah di depan kasir, trus langsung ke atas jemput Ditya.
Selesai dari Cascade ternyata udah jam 7 malam (belanja emang nggak kerasa waktu ya…). Udah waktunya makan malam. Bingung deh kita mau makan apa. Biasanya sih setiap ke Bandung kita pasti makan Iga Bakar si Jangkung (rasanya Top, bikin pengin lagi dan lagi setiap ke Bandung), tapi kali ini tampaknya tutup karena tadi di FJB mereka buka tenda (antrinya panjang pula…). Setelah berbingung-bingung ria, akhirnya kita putuskan makan di Suis Butcher. Sebenernya sih karena penasaran, setiap lewat pasti penuh banget, parkir mobil sampai meluber ke kiri kanan jalan, jadi kemungkinan rasanya enak. Ternyata benar, sampai di sana parkiran udah penuh, jadi kita parkir di seberang jalan. Untungnya masih ada tempat, jadi nggak perlu antri. Aku pesen Steak Tenderloin apa gitu, Ayah Ditya pesen T-Bone, Ditya nebeng aja makanannya, minumnya dia pasti minta jus. Lumayan juga rasanya, nggak bisa dibilang enak banget, tapi wajar untuk harga yang segituan. Sebenernya mungkin karena tempatnya yang enak dan harganya yang terjangkau jadi penuh terus. Di dalamnya kayak rumah tua, dengan furnitur model jaman dulu juga. Cuma sayangnya, di deket situ ada tukang sate yang asapnya mengepul-ngepul kemana-mana, sampai ke area Suis Butcher juga, tadinya aku pikir asap dari Suis Butcher, tapi ternyata bukan…hehe… agak mengganggu juga sih…
Setelah makan kita langsung naik ke atas, ke hotel Bilique di sersan bajuri. Sampai hotel sekitar jam 9. Dari depan hotelnya tampak bagus, ada bakery dan cafenya juga, interiornya minimalis, tapi lumayan bagus. Sampai di kamar, agak kaget juga sih, lantainya nggak pakai karpet (biasanya kalau nggak berkarpet ya pakai parket, jadi kelihatan rapi), tapi kamarnya cukup luas dan bersih. Kita pilih tempat tidur Twin, Ditya biasa sendirian soalnya. Tempat tidurnya agak lebih kecil dari Twin yang biasanya. Cek kamar mandi, ada bath tub, tapi wastafelnya simpel banget, wastafel kecil doang dengan kaca mungil, agak susah juga untuk naruh barang-barang toiletris. Ada handuk gede 2biji, dan handuk kecil 1, tapi nggak ada keset untuk kamar mandi! Ternyata adanya di luar kamar mandi, keset biasa aja. Yang mengejutkan air panasnya pakai jam, pagi dari jam 6 sampai jam 10, sore jam 4 sampai jam 12 malam! Alesannya sih untuk penghematan energi. Tapi bikin nggak nyaman. Wah mesti buru-buru mandi nih. Ternyata bener, setelah aku selesai mandi air panasnya udah mati, padahal belum jam 10 (mestinya kan jam 12), Ayah Ditya yang belum mandi langsung telpon dan komplain. Ternyata manual, jadi mereka nyalaian lagi dan mesti nunggu sekitar setengah jam-an. Besok paginya, biasanya kita mandi setelah sarapan dan bersantai sebentar, tapi berhubung air panas cuma sampai jam 10, mesti mandi dulu baru sarapan deh, merepotkan banget! Males deh! Untungnya menu sarapannya lumayan, jadi kita nggak kesel-kesel amat, dan para kru hotelnya juga ramah-ramah sih. Tapi sebenernya menurut aku harga 530 ribu itu nggak layak untuk hotel seperti itu.
Check Out dari hotel sekitar jam 11, langsung menuju Rumah Sosis. Ayah Ditya yang nggak suka sosis, sempet males dan skeptis. Tapi berhubung aku penasaran rasa sosisnya, jadi jalan terus deh…hehe… Di Rumah Sosis, banyak arena permainan, ada gokart, ada flying fox, ada mobil-mobilan, kolam renang dll, tapi semuanya kecil-kecil areanya. Akhirnya Ditya milih main mobil-mobilan seperti biasa, setelah main mobil dia minta naik flying fox, tapi nggak jadi karena penjaganya istirahat (lagi rame-ramenya kok ya istirahat nggak ada yang gantiin!), jadi dia minta main gokart, tapi akhirnya nggak jadi juga karena antrinya panjang banget! Akhirnya kita beli sosis yang dibakar aja, berhubung baru nyobain jadi cuma beli 2 yang gede (1 biji 13 ribu), trus beli yang mentah juga. Karena udah pengin ke De Ranch jadi sosisnya kita bungkus dan makan di mobil. Ternyata pas dimakan, hemm… uenak pisan… baru kali ini makan sosis enak banget, biasanya kan sosis yang di supermarket itu, yang ada pewarnanya dan banyak MSGnya. Ayah Ditya yang nggak suka sosis juga jadi suka banget. Nyesel juga cuma beli 2, sempet mau muter balik beli lagi, tapi ke arah sana macet banget, untungnya sempet beli yang mentah, jadi bisa dimasak dii rumah. Untuk rumah sosis, tolong sosisnya di suplai juga ke hipermarket dong, jadi kita nggak perlu jauh-jauh ke Bandung kalau pengin makan sosis enak…hehe…
Tak lama kemudian, kita sampai di De Ranch. Baru sampai parkiran aja hawanya udah terasa sejuk. Aku kira areanya luas banget, tapi ternyata nggak luas banget, cukup luas aja. Untuk masuk kita bayar tiket 5 ribu, yang bisa ditukar dengan susu. Di dalam ada ayunan berjejer, ada restonya, ada tempat naik rakit, tempat naik kuda, dll. Yang jelas enak untuk duduk-duduk, hawanya itu lho… hemmm…segar… di tengah-tengahnya ada lapangan luas, dengan mainan domba (Ditya yang kasi nama, nggak tahu nama sebenarnya) yang bisa dinaiki anak-anak. Setelah main domba-dombaan, Ditya minta naik kuda. Tiketnya 15 ribu, sekitar 15-20 menit. Lucunya, yang naik pakai rompi dan topi koboi. Untung ada ukuran yang mendekati Ditya, jadi lucu ngeliatnya, kayak koboi kecil. Ditya udah berani naik kuda dengan abangnya aja, jadi kita nggak perlu capek ngikutin Ditya. Selesai main kuda, kita duduk-duduk aja di tengah lapangan, dekat resto, sementara Dotya main domba-dombaan lagi. Tapi karena udah waktunya Sholat, jadi sholat dulu. Sayangnya mushola di sini nggak sesuai banget dengan tempatnya yang seluas itu dan seramai itu. Musholanya kecil banget-banget, cuma muat sekitar 3 orang, dan itu dicampur pula! Duh, miris banget… Padahal kita udah seneng dengan tempatnya, yang bisa digunakan untuk bersantai berjam-jam. Ya sudahlah, apa boleh buat. Selesai sholat, kita makan. Untuk makanan sih biasa aja, ada makanan Indonesia ada makanan barat, rasanya juga biasa banget. Sekitar jam 4 kita keluar dari De Ranch.
Berhubung udah sampai Lembang, jadi kita pulang lewat Lembang. Meski belum tau jalan, tapi asalkan bermodal peta, kita pede dan berani aja. Ternyata jalannya cukup berliku-liku dan berkelok-kelok. Untungnya masih sore, kalau udah gelap kan rasanya ngeri. Akhirnya setelah sekitar 4 jam (karena jalan santai, nggak ngebut), kita sampai juga di Depok. Secara keseluruhan liburan yang cukup menyenangkan, meski disana-sini ada hal yang nggak sesuai perkiraan, tapi cukup menyegarkan pikiran dan badan. Yang jelas Ditya seneng banget. Weekend berikutnya, berhubung masih liburan, kita mau ke Tegal, ke rumah oma opa dan eyang!! Kali ini pun naik mobil tentunya. Siap-siap nyetir lagi ya Ayah… J