01 August 2008

PULANG JAM SETENGAH ENAM?


Yuppy, benar dan tepat! Ayah Ditya baru pulang kantor jam setengah 6 sampai rumah. Dari mana? Dari kantor tentu saja. Udah nggak heran lagi sih, suamiku itu emang sering ngantor pulang larut. Tapi kalau pulang subuh itu jarang-jarang banget, masih bisa diitung dengan jari. Paling cepet pulang jam 9 malem dari kantor, atau paling malem jam 2 or 3 dini hari. Kadang hebat juga bisa sampai rumah jam 6 sore (kalau habis ada meeting trus kecapekan, or ada workshop something yang seharian), atau sampai rumah jam 8 (kalau naik kereta ekspres jam 7), tapi yang hebat itu jarang-jarang banget, bisa diitung juga dengan jari dalam sebulan. Sebenernya sebanding juga dengan waktu berangkat dia, jam setengah 8 dari rumah or setengah 9, kalau abis pulang jam 3 an, ya dari rumah jam setengah 10 (berhubung naik kereta, jadi brangkatnya dipasin dengan jadwal kereta ekspres).
Nah, masalahnya adalah Ayah Ditya itu pulang subuh kali ini di saat yang nggak tepat! Nggak tepat banget, karena hari ini jadwalnya Ditya sekolah. Kalau Ditya sekolah, otomatis terjadi keributan di pagi hari untuk membangunkan dan merayu-rayu Ditya mandi. Anakku tersayang itu memang susah bangun dan susah mandi. Hwaaaaaaaaaaaaa, betapa sebuah kombinasi yang sangat buruk. Tapi untungnya Ditya itu nggak susah sekolah, selalu semangat. Tapi karena malas mandinya itu, tiap dia mau berangkat sekolah pasti hebohnya udah dari jam setengah 7 (padahal masuk sekolahnya jam 9!). Persiapan dan waktu hebohnya sama lamanya dengan waktu sekolah dia yang juga 2 jam, hahaha... Malah dia sering bilang “langsung sekolah aja mama, nggak usah mandi, ganti baju aja”, duuuuuh, memalukan ya... Jadi tadi pagi, si Ayah yang baru tidur jam 6, jadi ikut keberisikan saat aku membangunkan Ditya jam 7 (kali ini aku mundurin sedikit, kasian Ayahnya). Sampai jam setengah 8 Ditya baru turun dari tempat tidur, itu pun cuma pindah tempat ke sofa di depan tivi. Oalah, sedihnya aku kalau harus membangunkan Ditya, repot abis! Perjuangan belum selesai, abis itu mesti merayu matanya untuk melek beneran dan merayunya untuk mandi. Nah saat-saat ini akan lebih heboh dari saat-saat membangunkan dari tidur, bisa ribut dan penuh teriakannya yang nggak mau mandi, atau heboh juga dengan suara lagu Tasya yang aku putar, atau kadang TV aku keraskan volumenya, belum lagi omelanku menyuruhnya mandi. Jadi, tentu saja yang terbangun dan melek lebar adalah si Ayah. Wadoh, kasian amat yak, baru tidur satu setengah jam udah mesti bangun (resiko jadi ayah ya).
Untungnya kali ini Ditya lebih mudah dibujuk untuk mandi, jadilah aku langsung memandikannya dan Ayah Ditya kembali tertidur pulas. Setelah semua beres dan aku pun selesai mandi, aku ajak Ditya berangkat. “Naik ojek aja ya nak, kasian ayah, masi ngantuk”, ternyata Ditya nggak mau naik ojek, dengan suara cemprengnya, dia membangunkan ayahnya yang langsung lompat dan ganti baju sekedarnya. “Yuk, berangkat!” meski dengan mata yang masih sedikit merem. Berhubung aku nggak pinter nyetir beginilah jadinya. Kasian si Ayah, sepanjang jalan dia menguap terus deh. Untuk Ayah Ditya tersayang, lain kali kalau mau pulang subuh dari kantor, liat-liat dulu jadwal sekolah Ditya ya, jadi nggak mesti ikut bangun pagi-pagi deh... Ehem...

No comments: