03 February 2012

UANG SAKU KAKAK

Sejak bulan Juli tahun lalu, kakak mulai masuk SD. Masuk SD berarti akan mulai muncul berbagai permasalahan yang harus dipertimbangkan secara matang, karena anak sudah mulai mengerti dan paham dengan jelas. Salah satunya adalah masalah uang saku. Yak benar, uang saku!
Sekolah Kakak, alhamdulillah, terbuka sekali dalam hal makanan yang dijual di kantin. Apa saja yang dijual di kantin, di awal tahun ajaran kami mendapat daftarnya, komplit dengan harganya. Harga termurah makanannya adalah seribu rupiah, seperti risoles atau donat, sedangkan harga termahal adalah 5 ribu rupiah seperti spagetty atau hamburger, tentu dalam ukuran kecil. Sekolah juga meyakinkan dan memastikan bahwa yang dijual hanyalah makanan sehat, tidak ada permen atau snack ber-msg. Dilampirkan juga surat mengenai uang saku, bahwa uang saku maksimal 10 ribu rupiah, tidak boleh lebih dari itu. Dari surat itu saya memutuskan untuk memberi kakak uang saku, sekalian supaya dia belajar dan mengerti nilai uang. Karena kakak baru kelas 1 SD, jadi saya memutuskan untuk memberinya 6 ribu rupiah, itupun saya terapkan aturan, 4 ribu rupiah dibawa ke sekolah, 2 ribu rupiah ditabung di rumah, setelah terkumpul banyak bisa ditabung di bank atau untuk beli sesuatu yang sangat dia inginkan. Dari uang saku ini dia bisa belajar berbagai hal, selain belajar tentang nilai uang, dia juga belajar untuk menabung dan belajar untuk mengumpulkan uangnya jika dia ingin beli kue yang agak mahal lebih dari uang sakunya. Di awal awal dia mendapat uang saku, setiap hari selalu habis untuk jajan, maklumlah setiap hari dia ingin mencoba berbagai makanan yang dijual di kantin. Tapi beberapa bulan ini, uang sakunya sering lebih, kadang dia Cuma jajan 2 ribu atau seribu rupiah, kadang sama sekali nggak jajan, karena memang setiap hari membawa bekal kue dan minum. Wah, dia senang sekali setelah tahu karena nggak jajan maka uang tabungannya bertambah banyak. Alhamdulillah senangnya semua berjalan seperti yang saya harapkan. Sekarang pun masih sama, setiap hari dia membawa 4 ribu rupiah. Oh iya, satu hal lagi yang penting, setiap hari saya selalu menanyakan apa yang dibelinya di sekolah. Ini penting karena bisa saja dia membeli makanan di warung depan sekolah, karena setelah jam pulang sekolah guru tidak mengontrol lagi ‘kan. Tapi syukurlah, selama ini kakak selalu jujur bercerita apa saja yang dibelinya, bahkan ketika dia membayari temannya, atau ketika uangnya kurang padahal dia pengin beli burger.
Ada beberapa orang tua yang belum menganggap perlu memberi uang saku kepada anak, karena toh setiap hari mereka membawa bekal makanan, ditambah lagi langganan catering makan siang di sekolah. Saya sendiri kurang setuju tentang hal ini. Karena bisa saja anak malah minta ke temannya atau malah minta dibayarin temannya. Itu terjadi pada sepupu saya, berdasarkan pengakuan dia sendiri, setelah besar barulah dia mengaku ke ibunya, bahwa waktu SD dia sering dibayari teman atau malah minta dibayari.
Oke, sekian dulu tentang uang saku, semoga berguna. Intinya adalah kepercayaan, kalau kita percaya anak kita akan menggunakan uangnya dengan baik dan benar, Insya Allah itu akan terjadi^_^

No comments: