31 January 2009

TENTANG “CATATAN HATI SEORANG ISTRI”

Beberapa waktu lalu seorang sahabat bercerita tentang sebuah buku, katanya isinya bagus, bisa buat bahan perenungan dan bisa membuka mata tentang dunia perempuan dan pernikahan di sekitar kita. Dia menyarankan aku membacanya. Tapi berhubung dia membaca buku itu dari meminjam (milik kakak iparnya!), jadi aku pun akhirnya membelinya. Buku itu “Catatan Hati Seorang Istri” karya Asma Nadia.
Penasaran dengan isinya, aku pun segera membaca buku itu setelah membelinya. Nggak makan waktu lama, dengan berbagai kegiatan rumah tangga dan lainnya, aku berhasil menyelesaikannya dalam waktu sekitar 2 hari. Hemm… Sebuah buku yang cukup membuat aku merasa shock, kaget, dan sedih. Ya, sedih… Ternyata ada kejadian seperti itu di sekitar kita. Kalau cerita tentang cowok nggak baik atau cowok matre yang selingkuh dan menyia-nyiakan anak istri, itu sudah cukup sering kudengar. Tapi kalau cowok baik-baik, cowok rumahan, seorang bapak yang sayang anak, yang menjadikan agama sebagai tiang hidupnya, lalu berbuat selingkuh dengan alasan “Khilaf”, rasanya…benar-benar membuat aku shock dan kesal. Saking kesalnya, di tengah-tengah membaca buku itu aku nggak bisa menahan emosi, rasanya gregetan banget (mungkin karena lagi hamil, jadi emosi pun agak berlebihan :)
Begitu ada sedikit waktu, aku langsung bercerita pada suamiku. “Yang, aku lagi baca buku, isinya ngeselin banget, masa cowok baik-baik seenaknya aja selingkuh… Kisah nyata tuh… Huuh, sebel deh…”, begitu aku selesai mengatakan itu, suamiku langsung mengambil buku itu dan membacanya, “Kayak apa sih…” katanya. Padahal jarang sekali dia melakukan itu kalau aku berkomentar tentang suatu buku yang baru kubaca (karena selama ini dia selalu berkomentar buku yang kubaca “aneh-aneh” dan susah dicerna), mungkin karena ada hubungannya dengan kata selingkuh yaaa… hehe… Dan dia pun membacanya dengan mimik serius banget!
Baru beberapa cerita dibacanya, kami berdua langsung membahasnya. Lalu berbagai hal kami bahas. Dari dia yang ternyata juga kaget ada hal demikian, sampai pertanyaanku tentang kenapa cowok bisa semudah itu mengorbankan istri yang telah mendampinginya dari sejak jaman “susah”, sampai pertanyaanku “jadi remnya apa dong, kalau agama saja udah nggak mampu mengerem seorang laki-laki untuk selingkuh?” Hem…
Kalau menurut suamiku, cowok bisa segampang itu karena cowok memandang wanita secara visual, melihat penampilan luarnya aja (baru dalamnya), jadi gampang untuk selingkuh. Beda dengan cewek, yang perlu sisi dalam seorang cowok untuk bisa sampai pada taraf “suka”. Mungkin benar juga. Lalu tentang apa “rem” yang bisa dipakai untuk menghalangi selingkuh, dia bilang “ya itulah, remnya mesti selalu ingat sama keluarga, mesti sadar untuk nggak melangkah jauh” hemmm… tapi itu nggak menjamin juga kaaan… semakin dibahas semakin membuat bingung… Sampai aku akhirnya bilang “Yang, kalau kamu suka cewek lain atau jatuh cinta lagi, bilang aku dulu yaa… biar nggak shock…” aku sendiri juga nggak tahu apa maksud kata-kataku itu. Yang jelas aku bingung mesti bilang apa. Pernikahan itu kan komitmen, jadi harus saling dijaga oleh 2 orang yang menjalaninya kan. Kalau satu orang sudah nggak bersikukuh pada komitmen itu, ya nggak ada gunanya lagi, cuma akan saling menyakiti.
Aku yang saat itu memang sedang agak sedikit batuk dan pilek, besoknya tiba-tiba penyakit asmaku kambuh. Dengan entengnya suamiku sayang berkomentar “Tuh kan, gara-gara baca buku itu jadi bengek deh… mesti minta temen kamu tanggung jawab tuh, nyaranin baca buku itu siih…” Emmm… mungkin juga ya… mungkin sih emang sesak nafasnya dipicu oleh batuk pilek yang sedang kuderita, tapi mungkin juga buku itu sedikit banyak berpengaruh… hehe… karena aku ini tipe “pemikir”… Kayaknya salah deh baca buku itu saat hamil gini, emosi kan lagi nggak stabil . Tapi anyway, thanks buat T yang udah menyarankan baca buku ini. Oiyah, sempet diledek sama suamiku tuh, “jangan-jangan T ntar jadi takut nikah tuh…” karena kebetulan T belum menikah… It’s Ok honey, itu kan cuma contoh yang kurang mengenakkan dari pernikahan, masih banyak hal lain yang membahagiakan dalam pernikahan kok, saling berbagi saling memberi menerima saling dukung saling menyangga saling sayang saling cinta saling jaga saling mengisi saling kerjasama dan saling2 yang lain, dengan orang yang kita sayangi, itu hal yang sangat membuat kita bahagia dan merasa bermakna dalam hidup, selain lahirnya anak-anak buah cinta yang lebih menyempurnakan kebahagiaan tentunya.
Buat mbak Asma, thanks banget udah bikin buku “Catatan Hati Seorang Istri”. Membuat aku jadi lebih membuka mata tentang berbagai kejadian pernikahan di sekitarku, yang selama ini nggak pernah kusangka “ada”. Membuat aku merasa lebih menyayangi dan menghargai suamiku, bahwa betapa aku sangat beruntung memiliki dia. Membuat aku merasa berandai-andai kalau terjadi hal begitu (selingkuh atau kehilangan secara mendadak), dan tetap aku nggak mampu membayangkannya.

( LOVE YOU sayangku! Semoga kita berdua mampu menjaga cinta dan kebahagiaan yang kita miliki selamanya :)

PEMBALAP DITYA



Hari Jumat, tanggal 30 Januari lalu, ada “Kostum Day” di sekolah Ditya, temanya kostum profesi. Surat edarannya sudah aku terima sekitar pertengahan bulan. Tapi seperti biasa, karena kesibukan ini itu, minggu kemarin baru diputuskan untuk membuat saja kostum profesi itu. Sejak 2 minggu lalu terpikir juga untuk membuat atau membeli saja, karena aku dengar dari sana sini, harga sewa pun nggak jauh beda dengan beli. Jadilah minggu kemarin aku sibuk telepon ke sana kemari menanyakan di mana tempat yang menjual kostum profesi, tanya ke tante, ke teman Ayah Ditya, ke temanku, ke semua orang yang kira-kira punya akses untuk itu. Tapi semua jawaban kurang memuaskan. Rata-rata bilang, yang dijual biasanya kostum yang umum, seperti polisi, dokter, atau tentara. Wah, aku dan suamiku yang memang pengin memakaikan kostum profesi agak unik untuk Ditya, langsung geleng-geleng kepala. Jadi hari Sabtu pagi itu langsung diputuskan untuk membuat kostum ke penjahit saja. Kebetulan idenya sudah ada sejak dulu. Ya, kostum “Pembalap”! Berhubung Ditya suka banget mobil dan kalau ditanya cita-cita pasti ingin jadi pembalap, jadi kita punya ide untuk membuatkannya kostum pembalap. Pembalap kan juga profesi. Di dalam otakku, kita tinggal membeli kain, lalu menjahit overall, beli badge untuk dijahit di baju, lalu beli helm cakil. Begitulah asal mulanya.

Berhubung waktunya udah mepet, tinggal 6 hari lagi, maka Sabtu pagi itu juga kita langsung ke penjahit Ayah Ditya. Niatan awal sih cuma mau tanya sanggup nggak bikin cepat dan berapa biayanya. Tapi ternyata kita beruntung, penjahit itu juga sanggup menyediakan kainnya. Dengan memberikan contoh gambar pembalap, akhirnya jadilah kita membuatkan kostum pembalap untuk Ditya. Setelah nego, dari harga 150 ribu aku bisa menawarnya hingga harga 100 ribu, termasuk kain loh. Aku minta untuk jadi hari Rabu pagi, dengan pertimbangan aku mesti mencucinya dan memasanginya badge, supaya lebih keren.

Hari Rabu, kostum pembalap Ditya udah jadi. Wah, keren banget! Kawaiiiii… gemes ngeliatnya, nggak sabar untuk menjahit bedge dan memakaikannya. Setelah dicuci dan wangi, aku langsung menjahit bedge yang udah kita beli dengan hunting ke sana kemari. Hem, memang ternyata lebih keren setelah dipasang badge. Ditya seneng banget, jadilah dia mencobanya lengkap dengan helm yang sudah kita beli. Bremmm bremmm bremmm… Langsung deh dia berputar keliling ruangan di rumah.

Hari Jumat, dengan diantar aku dan Ayahnya, Ditya berangkat ke sekolah. Awalnya cuma aku yang mau mengantar, seperti biasa, tapi Ayahnya penasaran juga pengin lihat kostum teman-teman Ditya. Sesampai di sekolah, ternyata memang banyak anak yang pakai kostum Polisi. Kata Bu Gurunya “Di sana banyak teman Ditya yang jadi polisi, ayo cepat ngebut”. Selain Polisi, banyak juga yang pakai kostum dokter atau perawat, tentara, pemain bola, pelari. Yaah, tapi memang banyak polisinya. Aku dan suamiku jadi merasa seneng banget, karena kostum Ditya nggak ada yang menyamai. Hehehe… sedikit banggalah sebagai orang tua.

Kata Ayah Ditya, “nanti kan bisa dipakai adiknya… kali aja adiknya pengin jadi pilot pesawat tempur, tinggal diganti badge aja deh…” Hem, betul juga idenya.

Ayo semangat Pembalap Kecilku!!!!