28 July 2008

Bulan Bintang Matahari

Bulan hanya diam saja ketika kau berkeluh kesah tentang cinta
Matahari hanya memandangimu ketika kau berkeluh kesah tentang kehidupan
Apa yang kau katakan pada bintang?
Apa kau berkeluh kesah juga padanya?
Tentang mimpi yang tak juga jadi kenyataan
Tentang dunia yang tak lagi kau anggap indah
Atau mungkin kau tak mengatakan apapun pada bintang
Karena kerlap kerlipnya menggembirakan satu sudut hatimu


August 11th 2006, 02.47 am

Bingkai wajahmu

Bingkai wajahmu tetap sama,
Selalu menggetarkan hati
Saat bertemu denganmu.
Tentang aku,
Di sudut hatimu
Apakah akan selalu tetap sama,
Selamanya...
Aku tak tahu itu...


9 Juli 2008, 17.32

MATAHARI PERTAMA


Raditya Alif, matahari pertama keluarga kecilku... Jam 6 pagi tanggal 18 Januari 2005, dia terlahir... Bertumbuh besar seiring waktu, seiring musim, dan seiring irama bumi...


Dari bayi yang tak mampu berbuat apapun, hingga mampu meramaikan rumah dengan teriakannya, dengan kehebohannya yang membuat rumah berantakan, hingga hari ini dengan berbagai pertanyaan dan pernyataan yang ajaib dan menakjubkan, Ditya tetap selalu membuat heboh rumah kecilku. Oiya, kami menyebutnya sebagai magic words.


Misalnya hari ini, tiba-tiba saja dia mengambil busa putih bekas pengganjal barang elektronik di kamar gudang, lalu dilepasnya sedikit-sedikit dengan tangannya, dan dia bilang “mama, turun salju nih...” lucu juga idenya, padahal lihat salju saja belum pernah. Lalu dia bertanya “mama, binatang itu punya HP nggak?” wah...memang mesti pandai-pandai menjawab pertanyaan anak-anak. Rasanya mulai sekarang aku akan membuat daftar pertanyaan dan pernyataannya yang membuatku merasa takjub itu. Setiap hari ada saja yang ditanyakannya. Terkadang aku mesti memutar otak untuk menjawabnya, mengingat pelajaran waktu SD misalnya, atau mengingat apa jawaban orang tuaku waktu aku kecil kalau aku bertanya seperti itu.


Suatu ketika dia bertanya “Mama, kenapa matahari itu tenggelam?” waaaaa, tidak! Itu kan pertanyaan ilmiah, masa sih aku harus menjelaskan tentang bumi dan matahari pada anak umur 3,5 tahun. Akhirnya kujelaskan juga secara ilmiah tapi lebih sederhana. Saat kutanya balik setelah kujelaskan, “kamu ngerti nggak?”, dia cuma senyum-senyum “nggak!” katanya. Ya, wajarlah.


Pernah suatu hari saat Ditya ikut ayahnya potong rambut (dia suka ikut ayahnya potong rambut karena dapat teh botol katanya, sederhana banget ya), tiba-tiba dia tanya ke ayahnya “ayah, bahasa inggrisnya sudah itu apa?” Wadhoh, kok tiba-tiba yang muncul pertanyaan yang nggak ada hubungannya dengan potong rambut. Jadi hebohlah kita bertiga membahasnya setelah mereka berdua sampai di rumah. Setelah itu dia tanya lagi “Kalo wangi-wangi bahasa Inggrisnya apa ya?” Hem... parfum kali ya...


Yah, memang begitulah, nggak semua hal bisa dijawab dengan jelas dan sempurna oleh kita sebagai orang tuanya, terkadang juga aku mesti menjawabnya dengan mencoba mengikuti caranya berpikir, dengan cara yang lebih sederhana.
Oiya, ada pertanyaan yang sering dibingungkan oleh para orang tua pernah dicetuskan juga oleh Ditya “Ma, gimana caranya adek bayi bisa masuk perut mama ya?” O’o ini dia pertanyaannya. Kalo nggak salah waktu itu aku jawab dengan sederhana, dan dia merasa cukup puas. “Ya, masuk ke perut mama terus jadi besar di perut mama deh, kamu dulu juga gitu”. Trus dijawabnya lagi “tapi kan mama makan, nanti adek bayinya kena makanan dong?” Hem, rasanya perlu menjelaskan bagian tubuh nih, jadilah waktu itu kujelaskan kalau adek bayi ada tempatnya sendiri, beda dengan tempat makanan masuk ke dalam perut. Manggut- manggut dengan senyum deh dia.


Pernah dia kepikiran dengan opanya, berkali-kali dia menanyakan ini “Mama, kalau opa udah tua sekali, yang nyetir mobil opa siapa dong?”. Meski sudah aku jawab, walaupun sudah tua, opa tetap bisa nyetir, tapi tampaknya dia masih belum puas. Beberapa hari telah berlalu dari saat pertama kali dia menanyakannya, tapi masih dipikirkannya. Hingga suatu hari dia memintaku untuk menelepon opanya, karena dia ingin menanyakan secara langsung. Akhirnya dia bertanya langsung, dan merasa puas dengan jawaban opanya, yang ternyata sama persis dengan jawabanku. Hahaha, mungkin memang harus mendengar langsung dari opanya.
Itulah hari-hari Ditya, sekarang banyak dilalui dengan berbagai magic words, melihat apapun pasti akan muncul pertanyaan di benaknya yang akan segera diucapkan. Sebagai orang tua, kita memang mesti banyak-banyak belajar dari berbagai hal.

24 July 2008

Aku jatuh cinta pada anakku

Aku jatuh cinta pada anakku
Yang setiap hari memberi warna dalam hidup
Yang setiap hari memberi senyum tanpa dosa
Yang setiap hari mendebarkan hati
Yang setiap hari memberi semangat tak tertandingi
Aku jatuh cinta pada anakku
Ketika dia bangun pagi dengan senyumnya
Ketika dia terjatuh saat berlari
Ketika dia menangis tak jelas inginnya
Ketika dia berteriak ‘mama’
Yang aku tahu
Aku telah jatuh cinta pada anakku




To : raditya tersayang


August 12th 2006, 00. 37 am

ASISTEN BARU

Waaah, seneng banget nih! Mulai senin kemarin, dapet asisten rumah tangga baru. Nggak nginep sih, nggak tiap hari datang juga, cuma seminggu 3 kali bantu2 nyuci nyetrika, plus kadang ngepel dan lap-lap kaca rumah. Cuma itu. Tapi rasanya waktu yang bisa aku manfaatkan jadi tambah banyak.
Yang kena imbas kelebihan waktu ini tentu aja Ditya, waktu bermain dan belajar sama dia jadi tambah banyak. Biasanya siang hari aku direpotkan dengan nyuci baju, beres-beres, trus masak...sekarang berkurang nyuci baju, jadi bisa main-main or baca-baca berdua bukunya yang setumpuk itu.
Oiya, jadi punya waktu baca majalah yang biasanya cuma ditumpuk doang nggak sempet kebaca, trus jadi bisa nonton dvd yang selama ini cuma aku beli aja tapi nggak ketonton, trus jadi bisa baca buku yang selama ini rajin dibeli kalo lagi ada diskon buku tapi nggak kebaca juga...hehe... ME time jadi lebih banyak juga.
Padahal cuma dibantuin seminggu 3 kali, itupun cuma 3 jam-an si mbak di rumah ini, tapi efeknya positifnya jadi kemana-mana...hoho...
Selama ini sih udah kepikiran nyari asisten rumah tangga, udah tanya sana-sini juga, tapi belum dapet-dapet. Memang sih pengennya bukan asisten yang nginep, soalnya udah trauma, dulu pernah ada tapi malah bikin stress dengan berbagai kelakuannya yang nggak bener. Jadi mending yang nggak nginep aja. Untungnya tetangga depan rumah baik hati, mau membagi asisten hariannya itu.
Oke deh, mau baca buku dulu deh, mumpung Ditya bobo (ketiduran di sofa pula, bukannya di kamar...hueh...:)

10 July 2008

Aku mencintaimu dengan sepenuh hati

Aku mencintaimu dengan sepenuh hati
Dengan kecerewetan yang kau rasakan setiap hari
Dengan SMS yang mengganggumu sewaktu waktu
Dengan melahirkan benih cinta yang kucintai dengan segenap jiwa ragaku
Mungkin kadang kau tak mengerti aku
Karena kadang aku pun tak mengerti kau
Tapi tak mengapa
Aku tetap mencintaimu dengan sepenuh hati
Seperti ilalang yang tumbuh subur
Atau seperti rumput liar yang tumbuh di setiap sudut jiwa
Bersama embun yang menyejukkan
Atau matahari yang terkadang panas.

30 Juli 2006, 1.55 am

(sebuah sajak cinta untuk suami terkasih)

09 July 2008

JALAN-JALAN KE BANDUNG

Libur tlah tiba!! Waaa, baru kali ini merasakan euphoria liburan. Tahun ini Raditya udah sekolah, jadi ada perasaan tersendiri saat libur sekolah tiba. Meskipun dia masih Playgroup, tapi rasanya beda dengan liburan sekolah sebelum Raditya sekolah. Sebenarnya liburan kali ini kurang direncanakan. Hanya sempat kepikiran selintas aja, tapi kurang dipikirkan dengan matang. Tapi karena kebetulan tanggal 28 Juni kemarin Ayah Ditya ada kerjaan di Bandung, jadilah diputuskan kita berlibur ke Bandung.
Yang pertama harus dilakukan adalah mencari hotel. Tentu aja nggak mungkin kan kita berangkat pagi pulang sore, nggak akan puas meskipun udah bolak-balik ke Bandung J. Dari seminggu sebelumnya kita udah mulai cari hotel lewat travel agent langganan. Tapi hotel yang kita minta yang sesuai budget kita udah pada penuh. Jadilah kita menaikkan budget hotel. Tapi tetap saja nggak dapet. Wah, tampaknya semua orang Jakarta berlibur ke Bandung, udah terbayang deh kemacetan dimana-mana. Tadinya kita berpikiran untuk menginap di dalam kota, baru besoknya naik ke Lembang. Berhubung nggak dapet-dapet hotelnya, akhirnya kita ganti rencana, carii hotel yang di lembang. Akhirnya dapet juga, Bilique Hotel, itu pun nggak bisa lagii lewat travel agent, pesan langsung lewat telepon. Entah seperti apa hotelnya, kata teman sih lumayan. Aku pikir sih mungkin lumayan, orang harganya 530 ribu. Kalau musim biasa 600-an ribu juga udah dapat novotel.
Setelah hotel dapet, barulah kita browsing dan tanya sana-sini tentang tempat-tempat liburan untuk anak di Lembang. Ada Rumah Strobery, ada Rumah Sosis, ada De Ranch, lebih ke atas masih ada yang lain lagi. Tapi kita putuskan Rumah Sosis (yang kabarnya sosisnya enak) dan De Ranch (yang kabarnya hawanya sejuk), karena ada tempat bermain anaknya. Diputuskan hari sabtu kita akan langsung ke FJB (Festival Jajanan Bangau) yang kebetulan tanggal 28 Juni ada di Bandung (kebetulan juga kerjaan Ayah Ditya berhubungan dengan FJB…hehe…), lalu jalan ke Outlet di tengah kota, dan langsung naik ke atas, hari Minggu kita akan ke Rumah Sosis dan lanjut ke De Ranch.
Niatnya sih berangkat pagi-pagi jam setengah enaman, biar nggak kena macet… Tapi apa daya, ternyata kita bertiga bangun kesiangan. Tara… jam setengah tujuh kita baru pada bangun dengan terkaget-kaget. Waaaa, setelah beres-beres rumah dan sebagainya, akhirnya kita berangkat jam 8 dari rumah, mampir sarapan dulu, akhirnya jam setengah sembilan kita baru keluar dari Depok.
Jalanan lumayan olancar, sedikit macet di lenteng, sedikit macet di tol dalam kota, tapi ternyata di tol Cipularang macet panjang banget, pasti ada apa-apa nih. Dan benar, ternyata ada mobil terbakar!! Wuih, serem banget, kayak di film-film. Baru kali ini lihat dengan mata kepala sendiri, mobil yang sampai angus gosong song berasap-asap… hiii…ngeri… entah ada korban atau nggak, saat itu udah nggak ada penumpangnya. Setelah kebakaran mobil itu jalanan lumayan lancar.
Keluar tol pasteur, mulai macet lagi, memang mesti sabar kalau mau ke Bandung, hal yang tak terelakkan adalah macet. Eh, lagi macet-macetnya tiba-tiba ada sirine polisi meraung-raung dari sisi kanan jalan, tapi mengarah masuk ke Bandung. Mobil polisi di depan diikuti 2 Nissan Teana beriringan dengan plat D dan N kalau nggak salah. Wah, siapa lagi nih pakai jalur berlawanan untuk masuk ke Bandung sementara kita bermacet-macet ria. Seperti biasa Ayah Ditya udah marah-marah dan ngomel-ngomel sama orang-orang kayak gitu. Kalau kepentingannya jelas sih nggak masalah, tapi kalau ternyata untuk berlibur juga, nggak termaafkan deh. “Yang catet nomer platnya, cepetan catet! Ntar bisa dicari siapa itu” katanya dengan penuh emosi. Aku sih udah biasa dengan dia yang begitu jadi santai aja, ya…dicatet nih…
Akhirnya sampai juga kita di arena FJB, setelah penat di jalanan sekitar 3 jam lebih. Masalah berikutnya adalah cari tempat parkir, wah udah penuh di sana-sini, muter-muter bermenit-menit akhirnya dapat juga. Turun dari mobil setelah menyeberang jalan ke lapangan Gazebo, O’O… apakah itu, ternyata mobil Nissan Teana dengan plat yang sama ada di sana. Wah, pasti orang penting, walikotakah, gubernurkah… masih belum tahu… Begitu masuk arena FJB, ternyata dia adalah Dede Yusuf, bapak wagub Jabar yang baru mau membuka acara FJB… Hehe… Ayah Ditya cuma ketawa-ketawa aja, nggak jadi marahlah, orang ambil jalur kanan demi acara dia juga.
Di FJB, kenyang banget, penginnya semua dicobain, tapi males kalo ngantrinya panjang. Akhirnya kita makan lontong kari kebon karet, tengkleng, es duren sakinah, tahu apaan nggak tahu namanya, terus colenak terus apalagi yah, pokoknya kenyang banget deh. Oh iya, agak siangan turun hujan, wah, pawang hujannya kemana nih, acara begini kok bisa-bisanya turun hujan…kurang kuat kali ya… Tapi menyenangkan ada festival macam ini, di Indonesia kan jarang ada festival seperti ini. Jadi inget pas di Jepang, banyak diadain festival dengan tenda-tenda penjual makanan yang menyenangkan. Lebih senangnya lagi, di dalam ada arena bermain balon besar yang tinggi itu, naik terus merosot deh. Ditya seneng banget lihat itu, padahal belum pernah nyoba sih, rasanya ketinggian deh untuk anak 3 tahun. Tapi berhubung dia merengek-rengek, ya udahlah buat latihan motorik kasar juga…hehe… Karena khawatir jadi gantian jagain, aku di depan ayah Ditya jaga di belakang, atau kalau aku ke bagian belakang, ayah Ditya langsung ke depan. Meskipun awalnya kesulitan, lama-lama bisa juga tuh Ditya J
Keluar dari FJB kita langsung ke outlet Herritage di jalan Riau, parkiran susah banget, sampe muter bolak-balik, akhirnya dapet parkir juga tapi di outlet sebrangnya. Di Herritage yang langsung dituju adalah pakaian anak-anak, dasar ibu-ibu…hehe… Berhubung baru dapet buat Ditya, aku dan Ayah Ditya nggak menemukan sesuatu yang cocok, jadi kami kurang puas. Akhirnya kami nyebrang ke Cascade, sekalian sholat juga karena musholanya ada di sini (musholanya kecil banget dan campur cowok cewek, kurang nyaman sih, tapi lumayanlah). Ternyata di Cascade ada arena playground tanpa harus ditunggui, letaknya di atas, lantai berapa lupa. Jadi karena Ditya udah mulai bete, aku titipin dia di sana, setengah jam aja (10 ribu per 30 menit). Lumayanlah, aku bisa cari baju, Ayah Ditya juga langsung lari cari kaos Polo (dia lagi mulai suka kaos Polo, hihi…). Pas setengah jam aku udah di depan kasir, trus langsung ke atas jemput Ditya.
Selesai dari Cascade ternyata udah jam 7 malam (belanja emang nggak kerasa waktu ya…). Udah waktunya makan malam. Bingung deh kita mau makan apa. Biasanya sih setiap ke Bandung kita pasti makan Iga Bakar si Jangkung (rasanya Top, bikin pengin lagi dan lagi setiap ke Bandung), tapi kali ini tampaknya tutup karena tadi di FJB mereka buka tenda (antrinya panjang pula…). Setelah berbingung-bingung ria, akhirnya kita putuskan makan di Suis Butcher. Sebenernya sih karena penasaran, setiap lewat pasti penuh banget, parkir mobil sampai meluber ke kiri kanan jalan, jadi kemungkinan rasanya enak. Ternyata benar, sampai di sana parkiran udah penuh, jadi kita parkir di seberang jalan. Untungnya masih ada tempat, jadi nggak perlu antri. Aku pesen Steak Tenderloin apa gitu, Ayah Ditya pesen T-Bone, Ditya nebeng aja makanannya, minumnya dia pasti minta jus. Lumayan juga rasanya, nggak bisa dibilang enak banget, tapi wajar untuk harga yang segituan. Sebenernya mungkin karena tempatnya yang enak dan harganya yang terjangkau jadi penuh terus. Di dalamnya kayak rumah tua, dengan furnitur model jaman dulu juga. Cuma sayangnya, di deket situ ada tukang sate yang asapnya mengepul-ngepul kemana-mana, sampai ke area Suis Butcher juga, tadinya aku pikir asap dari Suis Butcher, tapi ternyata bukan…hehe… agak mengganggu juga sih…
Setelah makan kita langsung naik ke atas, ke hotel Bilique di sersan bajuri. Sampai hotel sekitar jam 9. Dari depan hotelnya tampak bagus, ada bakery dan cafenya juga, interiornya minimalis, tapi lumayan bagus. Sampai di kamar, agak kaget juga sih, lantainya nggak pakai karpet (biasanya kalau nggak berkarpet ya pakai parket, jadi kelihatan rapi), tapi kamarnya cukup luas dan bersih. Kita pilih tempat tidur Twin, Ditya biasa sendirian soalnya. Tempat tidurnya agak lebih kecil dari Twin yang biasanya. Cek kamar mandi, ada bath tub, tapi wastafelnya simpel banget, wastafel kecil doang dengan kaca mungil, agak susah juga untuk naruh barang-barang toiletris. Ada handuk gede 2biji, dan handuk kecil 1, tapi nggak ada keset untuk kamar mandi! Ternyata adanya di luar kamar mandi, keset biasa aja. Yang mengejutkan air panasnya pakai jam, pagi dari jam 6 sampai jam 10, sore jam 4 sampai jam 12 malam! Alesannya sih untuk penghematan energi. Tapi bikin nggak nyaman. Wah mesti buru-buru mandi nih. Ternyata bener, setelah aku selesai mandi air panasnya udah mati, padahal belum jam 10 (mestinya kan jam 12), Ayah Ditya yang belum mandi langsung telpon dan komplain. Ternyata manual, jadi mereka nyalaian lagi dan mesti nunggu sekitar setengah jam-an. Besok paginya, biasanya kita mandi setelah sarapan dan bersantai sebentar, tapi berhubung air panas cuma sampai jam 10, mesti mandi dulu baru sarapan deh, merepotkan banget! Males deh! Untungnya menu sarapannya lumayan, jadi kita nggak kesel-kesel amat, dan para kru hotelnya juga ramah-ramah sih. Tapi sebenernya menurut aku harga 530 ribu itu nggak layak untuk hotel seperti itu.
Check Out dari hotel sekitar jam 11, langsung menuju Rumah Sosis. Ayah Ditya yang nggak suka sosis, sempet males dan skeptis. Tapi berhubung aku penasaran rasa sosisnya, jadi jalan terus deh…hehe… Di Rumah Sosis, banyak arena permainan, ada gokart, ada flying fox, ada mobil-mobilan, kolam renang dll, tapi semuanya kecil-kecil areanya. Akhirnya Ditya milih main mobil-mobilan seperti biasa, setelah main mobil dia minta naik flying fox, tapi nggak jadi karena penjaganya istirahat (lagi rame-ramenya kok ya istirahat nggak ada yang gantiin!), jadi dia minta main gokart, tapi akhirnya nggak jadi juga karena antrinya panjang banget! Akhirnya kita beli sosis yang dibakar aja, berhubung baru nyobain jadi cuma beli 2 yang gede (1 biji 13 ribu), trus beli yang mentah juga. Karena udah pengin ke De Ranch jadi sosisnya kita bungkus dan makan di mobil. Ternyata pas dimakan, hemm… uenak pisan… baru kali ini makan sosis enak banget, biasanya kan sosis yang di supermarket itu, yang ada pewarnanya dan banyak MSGnya. Ayah Ditya yang nggak suka sosis juga jadi suka banget. Nyesel juga cuma beli 2, sempet mau muter balik beli lagi, tapi ke arah sana macet banget, untungnya sempet beli yang mentah, jadi bisa dimasak dii rumah. Untuk rumah sosis, tolong sosisnya di suplai juga ke hipermarket dong, jadi kita nggak perlu jauh-jauh ke Bandung kalau pengin makan sosis enak…hehe…
Tak lama kemudian, kita sampai di De Ranch. Baru sampai parkiran aja hawanya udah terasa sejuk. Aku kira areanya luas banget, tapi ternyata nggak luas banget, cukup luas aja. Untuk masuk kita bayar tiket 5 ribu, yang bisa ditukar dengan susu. Di dalam ada ayunan berjejer, ada restonya, ada tempat naik rakit, tempat naik kuda, dll. Yang jelas enak untuk duduk-duduk, hawanya itu lho… hemmm…segar… di tengah-tengahnya ada lapangan luas, dengan mainan domba (Ditya yang kasi nama, nggak tahu nama sebenarnya) yang bisa dinaiki anak-anak. Setelah main domba-dombaan, Ditya minta naik kuda. Tiketnya 15 ribu, sekitar 15-20 menit. Lucunya, yang naik pakai rompi dan topi koboi. Untung ada ukuran yang mendekati Ditya, jadi lucu ngeliatnya, kayak koboi kecil. Ditya udah berani naik kuda dengan abangnya aja, jadi kita nggak perlu capek ngikutin Ditya. Selesai main kuda, kita duduk-duduk aja di tengah lapangan, dekat resto, sementara Dotya main domba-dombaan lagi. Tapi karena udah waktunya Sholat, jadi sholat dulu. Sayangnya mushola di sini nggak sesuai banget dengan tempatnya yang seluas itu dan seramai itu. Musholanya kecil banget-banget, cuma muat sekitar 3 orang, dan itu dicampur pula! Duh, miris banget… Padahal kita udah seneng dengan tempatnya, yang bisa digunakan untuk bersantai berjam-jam. Ya sudahlah, apa boleh buat. Selesai sholat, kita makan. Untuk makanan sih biasa aja, ada makanan Indonesia ada makanan barat, rasanya juga biasa banget. Sekitar jam 4 kita keluar dari De Ranch.
Berhubung udah sampai Lembang, jadi kita pulang lewat Lembang. Meski belum tau jalan, tapi asalkan bermodal peta, kita pede dan berani aja. Ternyata jalannya cukup berliku-liku dan berkelok-kelok. Untungnya masih sore, kalau udah gelap kan rasanya ngeri. Akhirnya setelah sekitar 4 jam (karena jalan santai, nggak ngebut), kita sampai juga di Depok. Secara keseluruhan liburan yang cukup menyenangkan, meski disana-sini ada hal yang nggak sesuai perkiraan, tapi cukup menyegarkan pikiran dan badan. Yang jelas Ditya seneng banget. Weekend berikutnya, berhubung masih liburan, kita mau ke Tegal, ke rumah oma opa dan eyang!! Kali ini pun naik mobil tentunya. Siap-siap nyetir lagi ya Ayah… J